Pengertian Hubungan Interpersonal adalah dimana ketika kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hunbungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi
kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungfan interpersonal, makin terbuka orang mengungkapkan dirinya. Makin cepat
presepsinya tentang orang lain dan prsepsi dirinya, sehingga makin efektif
komunikasi yang verlangsung diantara komunikan.
1.
Model Pertukaran Sosial Dan Analisis
Transpersonal
Teori pertukaran sosial
adalah salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana seseorang berhubungan
dengan orang lain, kemudian seseorang itu menentukan keseimbangan antara
pengorbanan dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan itu. setelah seseorang
menentukan keseimbangannya, ia akan menentukan jenis hubungan dan kesempatan
memperbaiki hubungan /tidak sama sekali. Ketika kita berinteraksi dengan orang
lain tanpa terasa lada hubungan resiprok di dalanya. Paling tidak ada 3 hal
yang kita perlukan:
·
Ganjaran
·
Pengorbanan
·
Keuntungan
Analisis
Transaksional (AT) adalah salahsatu pendekatan Psychotherapy yang menekankan
pada hubungan interaksional. Analisis transaksional adalah metode yang
menyelidiki peristiwa dalam interaksi orang per-orang, cara mereka memberikan
umpan balik serta pola permainan status ego masing-masing. Metode ini kemudian
dikenal sebagai salah satu teknik psikoterapi yang dapat digunakan dalam
pelatihan individual, tetapi lebih cocok digunakan secara berkelompok (Corey,
2005). Analisis transaksional menurut pandangan Stewart (1996) berbeda dengan
sebagian besar model terapi lain karena merupakan bentuk terapi berdasarkan kontraktual
dan desisional. Analisis transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat
oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses
pelatihan.
Analisis
Transaksional (AT) merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam
konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok.
Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang
dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling.
Analisis
transaksional dibagi kedalam kategori-kategori sebagai berikut:
1.
Keadaan ego (ego states)
2.
Transaksi (transactions)
3.
Permainan dan drama segitiga
(games and the drama triangle)
4.
Naskah (scripts)
5.
Gerakan dan lakon cerita (strokes
and scriptwork)
6.
Posisi kehidupan (life
position)
7.
Perintah dan keputusan ulang
naskah (script injunctions and redecision)
2.
Pembentukan Kesan Dan
Ketertarikan Interpersonal Dalam Memulai Hubungan
Ellen Berscheid (Berscheid,
1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) menyatakan bahwa
apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar
jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan
mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat.
Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa
kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. Ahli
Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah
’ekspresi diri’ (self expression).
Penyebab ketertarikan,
dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat
meliputi:
-
Aspek kedekatan
-
Kesamaan
-
Kesukaan timbal balik
-
Ketertarikan fisik dan
kesukaan
3.
Peran, Konflik Dan Adequancy
Peran, Serta Auntensitas Dalam Hubungan Peran
a.
Peran
Terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan
nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
1)
Secara implicit bermain
peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan
menitikberatkan isi pelajaran pada situasi “di sini pada saat ini’’. Model ini
percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy
mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam
bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil
belajar dari respons orang lain.
2)
Kedua, bermain peran
memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak
dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk
mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis
bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat
perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan
psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi
setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan
integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan
keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya,
dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual,
sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat
penting dalam pembelajaran.
3)
Model bermain peran berasumsi
bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian
ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang
tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang
sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari
pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian,
para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara
memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi
peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional.
Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan
masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai
masalah yang sedang dihadapi.
4)
Model bermain peran
berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai,
perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi
pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji
sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang
dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para
peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat
tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model
pembelajaran, yaitu:
1.
Kualitas pemeranan
2.
Analisis dalam diskusi
3.
Pandangan peserta didik terhadap peran
yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
b.
Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang
timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah
ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan
(disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya
kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering
menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana
pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive conflicts merupakan
perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok, pengalokasian sumber dalam
suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian
jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah,
tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan
antar pribadi (personality clashes). Dalam sebuah organisasi, pekerjaan
individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan
pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi,
penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang
menjadi kambing hitam.
c. Adicuancy
Peran Dan Auntensitas Dalam Hubungan Peran
Kecukupan perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (
ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus
lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka
sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
4.
Intimasi Dan Hubungan Pribadi
Pengertian Intimasi
Sternberg (dalam Papalia, 2004) intimacy adalah
komponen emosi dari cinta yang meliputi perasaan dengan orang lain, seperti
perasaan hangat, sharing, dan kedekatan emosi serta mengandung
pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan
kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Menurut Baur and Crooks
(2008) Intimacyjuga merupakan salah satu upaya untuk membantu orang
lain, keterbukaan dalam sharing, bertukar pikiran, dan merasakan
sedih ataupun senangnya dengan seseorang yang dicintainya. Bentuk-bentuk intim
yaitu dari persaudaraan, persahabatan dan percintaan. Pertama persaudaraan
yaitu hubungan intim yang terhadap saudara didasarkan adanya hubungan
darah.
Pada persaudaraan itu di dalamnya
terkandung keakraban. Kehidupan bersama tersebut memungkinkan segala hubungan
terjadi, misalanya keakraban, kedekatan, dan interaksi. Baumgardner dan
Clothers dalam Hanurawan, (2010). Keintiman adalah suatu konsep yang mengacu pada
perasaan kedekatan atau perasaan keterhubungan diantara dua orang.
Perasan-perasaan itu seperti pada fenomena seseorang memikirkan kesejahteraan
orang lain, pemahaman timbal balik dengan orang lain, dan kemampuan berbagi (sharring)
dengan orang lain. Dalam keintiman, orang yang melakukan interaksi sosial pada
suatu hubungan cinta menjadi saling memahami diantara kedua belah pihak dan
terdapat fenomena kehangatan afeksi diantara kedua belah pihak. Berdasarkan
teori di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
denganintimasi adalah suatu hubungan timbal balik antar individu,
yang terwujud dengan saling berbagi perasaan dan pikiran yang mendalam, saling
membuka diri serta menerima dan menghargai satu sama lain.
Dimensi Intimasi:
a)
Intensity
b)
Commitment
c)
Emotion
d)
Sexuality
e)
Gender
Faktor penyebab
intimacy:
a. Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
b. Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
c. Kedalaman : saling berbagi
Proses
terbentukan intimacy: Penerimaan diri Saling berinteraksi
memberi respon atau tanggapan perhatian rasa percaya
kasih sayang mempunyai minat yang sama Berhubungan seksual.
5. Intimasi Dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk
bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan
bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita
sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan
demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi
intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh
pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada
didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena:
1. Kita
tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh
2. Kita
tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan
3. Kita
tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang
rahasia
4. Kita
dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup
5. Kita
memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus. Dalam hal inilah keutamaan cinta
dibutuhkan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar