Nama: Amanda Sasti Nadira
NPM: 10511659
Kelas:1PA08
Jurusan: Psikologi
Disaat cuaca mendung atau ketika hujan turun, terkadang kita melihat loncatan api besar diudara disertai dengan suara gemuruh. Itulah yang kita kenal sebagai Petir. Petir atau halilitar adalah gejala alam yang biasanya muncul di musim hujan. Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik dari awan yang begitu besar sehingga menimbulkan rentetan cahaya yang terang yang biasanya disebut dengan kilat dan juga beberapa saat kemudian disusul suara keras yang menggelegar, yang bisanya sering kita sebut sebagai gledeg, guntur, halilintar ataupun gluduk. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya.
Petir memiliki kekuatan yang sangat besar, petir biasanya menggemari benda-benda yang menjulang tinggi ke udara sebagai media pelepasan energinya yang dapat menghancurkan bangunan, membunuh manusia dan menghancurkan pohon. Sambaran petir sangatlah cepat, yaitu sekitar 150.000km/detik sehingga tidak memungkinkan untuk manusia menghindarinya. Muatan listrik dalam petir sangatlah besar, yaitu mencapai 1.000.000volt/meter.
Bagaimana Proses Terjadinya Petir?
Petir merupakan gejala alam yang biasa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, dimana lempengan pertama yaitu awan (bisa lempeng negatif atau positif) dan lempeng kedua adalah bumi (biasanya dianggap netral). Seperti yang sudah kita ketahui bahwa kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat. Petir juga bisa terjadi antara awan dengan awan, yaitu dimana salah satu awan bermutan negatif dan awan lainnya bermuatan positif. Sebelum petir melepaskan energinya yang berupa loncatan bunga api disertai dengan guntur, ada beberapa tahapan yang terjadi.
Petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi, atau dengan awan dan wan lainnya. Pertama-tama adalah pemampatan muatan listrik pada awan petir, muatan yang bertimpuk pada bagian atas awan biasanya bermutan positif, dibagian tengah bermuatan negatif, dan dibagian bawah bermuatan negatif bercampur dengan muatan positif. Proses terjadinya muatan pada awan, karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas ataupun bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Pada bagian inilah biasa petir terjadi. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi. Setelah muatan listrik terlalu banyak, maka dia akan melepaskannya seketika yang disertai dengan pijaran api dan ledakan. Pada proses pembuangan muatan, media yang dilalui elektron adalah udara.
Rata rata setiap petir mempunyai 4 hingga 5 jalur utama akibat ionisasi. Persiapan pelepasan elektron melalui jalur ini membutuhkan waktu sekitar 0,01 detik, setelah itu terjadi petir dengan waktu trasfer sekitar 0,0004 detik. Setelah terjadinya petir, membutuhkan waktu istirahat (0,03 – 0,05 detik ) untuk mempersiapkan kembali petir berikutnya. Diketahui pernah terjadi hingga 42 petir terus menerus tanpa henti. Rata rata kuat arus dalam petir sebesar 20.000 ampere. Dengan kekuatan arus ini, mengalir elektron dari awan menuju permukaan tanah. Hal ini disebut juga, petir negative. Pada kasus yang jarang, kadang dijumpai locatan listrik pendek dari permukaan tanah (ujung pohon, ujung menara dsb). Ini disebut petir positive. Petir positive diketahui hanya mempunyai satu jalur utama terjadinya loncatan. Tapi petir positive mempunyai kuat arus yang lebih tinggi dari petir negative (sebesar 300.000 Ampere). Terjadinya petir positive hanya sekitar 5% dari total terjadinya petir. Loncatan petir dapat terjadi sejauh beberapa kilo meter, antara awan dengan permukaan tanah.
Sumber: