A. Penyesuaian
Diri
1. Pengertian
Penyesuaian Diri
Apa
itu penyesuaian diri?
Pada mulanya Penyesuaian diri diartikan
sama dengan Adaptasi, padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada
penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis atau biologis. Penyesuaian diri dalam bahasa
aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Penyesuaian diri
merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu
agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan
bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang
menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Secara umum penyesuaian diri dapat
diartikan yaiu usaha manusia untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan (Autoplastis) atau mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau
keinginan diri sendiri (Alloplastis) guna memperoleh kenyamanan hidup
Menurut Schneiders penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk
mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri
dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai
adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
(conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Menurut
Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan
sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan
orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut pandangan para ahli diatas,
ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan
tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara konstan juga
mempengaruhi kedua faktor lain.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
penyesuaian diri adalah proses dinamik dalam interaksi individu dengan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan yang mencakup respon-respon mental dan
perilaku untuk menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi,
konflik dan mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan
dari luar diri individu.
2. Konsep
Penyesuaian Diri
Makna akhir dari hasil pendidikan
seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat
membantunya dalam penyesuaian diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada
tuntutan masyarakat. Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu
menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri, kondisi fisik, mental,
dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana
kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Penyesuaian yang sempurna dapat terjadi jika manusia / individu selalu dalam
keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya, tidak ada lagi kebutuhan
yang tidak terpenuhi, dan semua fungsi-fungsi organisme / individu berjalan
normal. Namun, penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat,
dan manusia terus menerus menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup
guna mencapai pribadi sehat. Penyesuaian diri adalah suatu proses. Kepribadian
yang sehat ialah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara
harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Penyesuaian dapat diartikan atau
dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan eksistesnsinya atau bisa
survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan
relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan
sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau
prinsip. Penyesuaian sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien.
3. Pertumbuhan
Personal
Manusia merupakan mahluk individu. manusia
disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan
dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi
individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang
khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai ke khasan tersendiri yang spesifik
terhadap dirinya dalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu
tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit
demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
a. Penekanan
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan
dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan
tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan
dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip
orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang
berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi dan integrasi
meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip
totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun
bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka
keseluruhan.
b. Variasi
Dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan tertentu yang
menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu
mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
c. Kondisi-Kondisi
Untuk bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan
struktur atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan,
aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau
konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi ang tinggi
antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang
yang tergolong ekstromorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai
dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu. Karena
struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat
diperkirakan sistem syaraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting
bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan
dalam sistem syaraf, kelenjar dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan
mental, tingkah laku dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh
yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Disamping
itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan penyesuaian diri,
kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam
kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit
jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
d. Fenomenologi
Pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup
dalam “dunia kehidupan“ yang di persepsikan dan diinterpretasi secara subyektf.
Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “alam” pengalaman setia yang
berbeda dari alam pengalam orang lain (Brower. 1983 : 14). Fenomenologi banyak
mempengaruhi tulisan – tulisan Carl Rogers, yng boleh disebut sebagai bapak
psikologi Humanistik. Carl Rogers menggaris besarkan pandangan humanistik
sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen.
1974 :33).
B.
Stress
1. Pengertian
Stres
Arti dari stres
Apa itu stres? Istilah
stres ditemukan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres
sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan
padanya. Dengan kata lain istilah stress dapat digunakan untuk menunjukkan
suatu perubahan fisik yang luas yang diakibatkan oleh berbagai faktor
psikologis, faktor fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai
suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu
kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka
stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau
psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan
emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif
ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi
stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang
dihadapinya.
Efek-efek stres menurut Hans Selye
Menurut
Hans Selye, ahli endokrinologi terkenal di awal 1930 tidak semua jenis stres
bersifat merugikan. Berikut adalah beberapa efek dari stress:
1) Local Adaptation Stres.
Local
Adaptation Stress adalah ketika tubuh menghasilkan banyak respon setempat
terhadap stres. Respon setempat ini contohnya seperti pembekuan darah,
penyembuhan luka, akomodasi cahaya, dan masih banyak lagi. Responnya
berlangsung dalam jangka yang sangat pendek. Karakteristik dari LAS adalah
respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system, respon
bersifat adaptif sehingga diperlukan stresor untuk menstimulasinya, respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus, dan respon bersifat
restorative.
2)
General
Adaptation Syndrome
General
Adaptation Syndrome adalah istilah penting dari Hans Selye yang ditemukan saat
membahas tentang stress. Menurutnya ketika organisme berhadapan dengan
stressor, dia akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan tindakan. Usaha
ini diatur oleh kelenjar adrenal yang menaikkan aktivitas sistem syaraf
simpatetik. Reaksi fisiologis tubuh terhadap perubahan-perubahan akibat stress
itulah yang disebut sebagai General Adaption Syndrome.
Hans
Selye membagi stress kedalam 3 tingkatan :
a. Eustress adalah respon stress ringan
yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal
ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau
kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress merupakan respon stress yang
buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
c. Optimal stress atau Neustress adalah
stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang
menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih
bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
2.
Faktor-faktor Individual dan Sosial yang Menjadi Penyebab
Stres
a.
Faktor
sosial
Selain
peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres. Dukungan sosial mencakup
dukungan emosional, seperti rasa dikasihi dan disayangi. Lalu, dukungan nyata,
seperti bantuan atau jasa. Selanjutnya, dukungan informasi misalnya nasehat dan
keterangan mengenai masalah tertentu.
b.
Faktor Individual
Biasanya
seseorang menjumpai stresor atau penyebab stress didalam lingkungannya. Nah,
ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya
terhadap stresor itu. Yang pertama adaah berapa lamanya (duration) seseorang
harus menghadapi stressor. Dan yang kedua adalah seberapa terduganya stresor
itu (predictability).
3.
Tipe-Tipe Stres Psikologis
Manusia
berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat
memisahkan secara sangat tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya
adanya infeksi kuman dalam tubuh, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita.
Tak hanya itu, suatu stress psikologis contohnya kegagalan dalam mengikuti
ujian, sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan fisik seseorang. Meski
demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres psikologis yang terjadi secara
bersamaan diantaranya adalah :
a. Tekanan
Kita
dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi
personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari
pihak di luar diri.
b. Konflik
Konflik
terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap
dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Konflik dibagi kedalam tiga
tipe :
1) Konflik menjauh-menjauh : individu
terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya, seorang
pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai ujian yang
sangat jelek, apalagi sampai tidak naik kelas.
2) Konflik mendekat-mendekat : individu
terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu
acara seminar yang sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat bersamaan
kita sedang mengikuti pelajaran dikelas yang sangat kita sukai.
3) Konflik mendekat-menjauh: terjadi
ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin
menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan.
Misalnya ketika pasangan yang baru menikah berpikir tentang apakah akan segera
memiliki anak atau tidak? Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat
dikatakan sempurna, dan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh
bertanggung jawab atas bayi yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada
tuntutan financial (uang) dan waktu, kemungkinan kehadiran bayi akan mengganggu
relasi suami-istri karena mereka sibuk dengan bekerja.
c. Frustrasi.
Frustrasi
terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
Contohnya bila kita telah berjuang keras dalam belajar dan gagal mendapat nilai
baik, kita akan mengalami frustrasi. Atau bila kita dalam keadaan terdesak dan
terburu-buru, kemudian terlambat datang kesuatu acara yang penting (misalnya
karena jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi. Bias juga, bila kita
sangat memerlukan sesuatu (misalnya memerlukan uang untuk bayar kuliah), dan
sesuatu itu tidak dapat diperoleh tentu kita juga akan mengalami frustrasi.
d. Kecemasan
Gelisah,
khawatir, takut, phobia dan perasaan semacamnya itu merupakan suatu tanda atau
sinyal seseorang mengalami suatu kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan
karena adanya rasa kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada
dirinya. Contohnya cemas ketika akan melakukan presentasi tugas kelompok
dikelas.
4. Mekanisme Pertahanan Diri dan Coping
Stres
a. Menghilangkan stres mekanisme
pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazarus (dalam
Santrock, 2003 : 556) penangangan stres atau coping terdiri dari dua bentu,
yaitu:
a) Coping yang berfokus pada masalah
(problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk
penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi
masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b) Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused
coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu
memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan
menggunakan penilaian defensif.
b. Strategi penanganan stres dengan
mendekat dan menghindar (Santrock, 2003 : 567):
·
Strategi
mendekati (appoach strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab
stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi
penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkan secara langsung.
·
Strategi
mkenghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkai
atau meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku,
untuk menarik atau menghindar dan penyebab stres.
c. Berfikir positif dan self-efficacy
Menurut
Bandura (dalam Santrock, 2003 : 567) self-efficacy adalah sikap optimis yang
memberikan perasaan dapat mengendalikan lingkungannya sendiri. Menurut model
realitas kenyataan dan khayalan diri yang dikemukakan oleh Baumeister, individu
dengan penyesuaian diri yang terbaik seringkali memiliki khayalan tentang diri
mereka sendiri yang sedikit diatas rata-rata.
d. Sistem dukungan
Menurut
East, Gottlieb, O’Brien, Seiffe-Krenke, Youniss & Smollar (dalam Santrock,
2003 : 568) keterkaitan yang dekat dan positif dengan orang lain -terutama
dengan keluarga dan teman- secara konsisten ditemukan sebagai pertahanan yang
baik terhadap stres.
e. Berbagai strategi penanganan stres
Dalam
penanganan stres dapat menggunakan berbagai strategi coping, karena stres juga
disebabkan tidak hanya oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor.
5. Problem Solving Terhadap Stres
Kita
mengalahkan stres dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat
stres itu. misalnya, kita stres karena menderita suatu penyakit, maka kita
menyelesaikan masalah dengan berobat, sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau bisa
juga dengan mengusahakan agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi yang
terjadi. (bila situasinya sendiri tidak bisa dirubah).
Sumber: