Pembahasan
yang sedikit berat klo menurut saya. Biasanya jika kita di tanya oleh orang
lain bagaimana kriteria kita untuk pendamping hidup kita kelak, jawabannya akan
sangat beragam. Mulai dari jawaban fisik seperti ingin pria yang ganteng,
tinggi, kemudian wanita yang cantik dan tinggi semampai. Dan ada juga yang
berfikiran tidak hanya mengenai fisik, bisa seperti dia kaya raya, penyayang,
baik, setia dan lain-lain. Pokoknya banyak sekali yang diinginkan.
Saya
selalu mendengar orang tua saya selalu bilang, “ Tuhan memberikan apa yang kita
butuhkan, bukan yang kita inginkan” jadi pada intinya klo dalam memilih
pasangan, untuk apa dia memiliki wajah good
looking tapi pemarah dan kasar, namun dia hanya biasa saja tapi sangat
sayang dengan anda. Namun menurut saya jika membicarakan soal cinta tak akan
pernah ada habisnya.
Seseorang
memberikan sedikit deskripsi tentang cinta bahwa cinta itu sesuatu yang tidak
dapat dijelaskan dengan mudah, tetapi cinta itu dapat sangat anda rasakan. Seseorang
yang dapat mendukung anda ketika anda terjatuh, menjadi orang yang mau berbagi.
Oke
sekarang kita masuk kedalam garis besarnya, jika tadi hanya pendapat, sekarang
kita akan membahas deskripsi cinta dari berbagai sumber.
Cinta
adalah suatu
perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Bisa
dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan
semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan
penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda.
cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi.
Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah
aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu,
menuruti perkataan, mengikuti, patuh dan mau melakukan apapun yang diinginkan
objek tersebut.
Sedangkan
perkawinan adalah ikatan
sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan
kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang
meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual.Perkawinan
umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Umumnya perkawinan
dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga.
Tergantung budaya setempat bentuk
perkawinan bisa berbeda-beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya
perkawinan itu ekslusif dan mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran
terhadap perkawinan. Perkawinan umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk
keluarga. Umumnya perkawinan harus diresmikan dengan pernikahan.
Yaa
sebuah pernikahan atau perkawinan itu sendiri pada dasarnya bukan hanya
mengawinkan 2 orang yang saling mencintai itu saja, namun menikahkan pula 2
keluarga yang mungkin berbeda dari latar belakang dan adat istiadat. Dan yang
pasti menikah secara resmi membuat semuanya menjadi halal.. hehehe
1.
Bagaimana Memilih Pasangan
Seperti
yang sudah saya jelaskan sedikit tadi, setiap orang pasti memiliki kriteria
untuk pasangan masing-masing di dalam hidupnya. Yang pasti dalam memilih
pasangan ada 3 kriteria, yaitu:
1)
Bisa menjadi anak dari orang tua kita
Seperti yang sudah sedikit saya jelaskan
tadi, bahwa menikah itu bukan hanya menikahkan 2 orang yang saling mencintai
namun juga menikah dengan seluruh keluarganya. Ketika dia sudah menikah dengan
kita, otomatis sekarang dia adalah anggota keluarga kita dan menjadi anak dari
kedua orangtua kita juga. Terus terang bagi saya itu orang tua adalah yang paling utama, makanya
saya tempatkan kriteria ini di nomer pertama. Kita semua pasti ingin donk
pasangan hidup kita bisa akur dengan orang tua kita.
2)
Cocok menjadi ayah/ibu yang baik untuk
anak
Maka
dari itu kita harus memilih calon pasangan yang baik dan jelas latar
belakangnya pula. Dan seorang calon istri/suami yang bisa menjadi inpirasi dan
mengajarkan hal yang baik untuk anak-anak kita kelak.
3)
Cocok menjadi suami/istri kita
Yaaahh
ini sudah sangat pasti yaa, mana mungkin memilih calon suami/istri seperti
membeli kucing dalam karung. Kita harus tau betul latar belakangnya, yang pasti
keluarganya, pendidikannya, dan untuk seorang calon istri yang pasti sang calon
suami harus mencari yang masih gadis. Kalau kata orang jawa sih “bibit, bebet,
bobot”
Bagaimanapun
itu yang pasti kita harus mencintai seseorang itu juga karena Allah SWT, ingat
jodoh, maut, rezeki semua sudah ada yang mengatur. Dan jangan lupa berikhtiar
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2.
Seluk Beluk Hubungan Dalam Perkawinan
Hubungan
dalam Perkawinan
Simak dulu pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang
psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach,
dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.
Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga
sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak
terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti. Bisa
jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu
berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat
saling merasakannya.
-
Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah
saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi
di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu
melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
-
Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih
menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,
memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar
dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini
berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin
hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal
lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn
tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan
lagi terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini
memilih berpisah dengan pasangannya.
-
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn
mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih
memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk
menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi.
Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk
meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua
atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
-
Tahap keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini
akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan
membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap
ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan
dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling
menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan
perkawinan yang nyaman dan tentram.
-
Tahap kelima : Real Love. “Anda berdua akan
kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan
kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan
pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk
saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati
cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah
mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk
mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya
usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Pada umumnya salah satu tanda kegagalan
suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian. Perceraian
adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan dalam alam
bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan
kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai
begitu mudah. Pada intinya, siapa sih yang ingin bercerai? Untuk apa
susah-susah membangun sebuah hubungan sampai dengan jalur pernikahan jika
berujung perpisahan? Jika memang tidak ada rasa cinta itu, tidak mungkin
sekarang bisa ada buah hati yang sudah menjadi bagian dari keluarga. Perceraian
itu bukanlah kendala mudah, tidak seperti seorang yang berpacaran lalu kemudian
putus dan tidak akan ada hubungan lagi.
Ada beberapa
masalah diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga antara lain:
·
Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
·
Perbedaan
watak.
·
Temperamen
dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara suami dan istri.
·
Ketidakpuasan
dalam hubungan seks.
·
Kejenuhan
rutinitas.
·
Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
·
Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL
(pria idaman lain).
·
Masalah
harta warisan.
·
Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
·
Domonasi
dan intervensi orang tua atau mertua.
·
Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Dari salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang
menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya
perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga.
Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka
komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka
sadari dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam
menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern dan baik akan melahirkan
saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
3. Mengenai Perceraian Dan Pernikahan
Kembali
Sebuah pernikahan itu bukanlah akhir
dari segalanya, seperti menghancurkan karir atau kehidupan lainnya, namun
pernikahan itu adalah awal dari segala kehidupan kita yang baru. Menikah kembali
setelah mengalami perceraian bukanlah kendala mudah. Karena kita pasti berfikir
untuk tidak mengulangi kesalahan apa yang pernah terjadi pada pernikahan
sebelumnya dan kadang merasa tidak yakin akan bisa memperbaiki masalah yang
dialami sebelumnya. Kegagalan dalam pernikahan yang lalu bisa menjadi hal yang
menghantui mereka yang membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan untuk
menikah kembali. Esensi dalam pernikahan adalah
menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan
pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
4. Penyesuaian Diri Dan Pertumbuhan
Dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat
pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk
kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari
ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam
hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam
sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam
perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan
serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan
penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri
dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah,
berarti kita belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran
adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya,
tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan
terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
5. Single Life
Paradigma terhadap lajang cenderung
memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga menikah?
Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap
melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang
menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang
tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang
memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin
bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut
berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan
untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah
sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang
yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita
melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di
atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai
bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan
yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan
oleh seorang single adalah tidak ingin
kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih
karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu.
Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan
pada prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan
hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan,
sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang
lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu
yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun
menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika
belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa
senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain
itu, ada kepuasaan tersendiri.
Sumber: