PSIKOLOGI MANAJEMEN
A.PENGANTAR
1.
Apa itu Manajemen?
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan
mengatur." Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima
secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan
dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Menurut
James A.F. Stonner, manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang ditetapkan.
2.
Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
Kepemimpinan (leading)
berarti menggunakan pengaruh untuk memotivasi karyawan guna mencapai tujuan –
tujuan organisasional. Kepemimpinan berarti menciptakan nilai – nilai dan
budaya bersama, mengomunikasikan tujuan – tujuan kepada karyawan di seluruh
organisasi, dan menyuntikkan semangat untuk memperlihatkan kinerja tertinggi
kepada karyawan.
Kepemimpinan
sangat penting dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan merupakan faktor
kunci dalam suksesnya suatu organisasi atau manajemen. Kepemimpinan itu ada di
dalam diri pemimpin. Suatu organisasi akan menjadi buta dan tidak memiliki arah
jika tidak ada unsure kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Dalam
kepemimpinan terdapat pemimpin dan pimpinan dan jangan menganggap sama antara
keduanya.
o
Pimimpin:
orang yang dipilih berdasarkan suatu seleksi dan tentunya dia tidak sepenuhnya
disukai oleh yang lainnya, baisanya pimpinan berorientasi pada hasil.
o
Pempinan:
orang yang dianggap mampu menjadi pedoman hidup atau panutan bagi orang lain,
dan tentunya dia disukai banyak orang dan dipilih berdasarkan kepercayaan serta
berorientasi pada proses. Pemimpin harus berada satu langkah di depan
anggotanya.
Kepemimpinan
sangat erat hubungannya dengan kepercayaan. Membangun kepercayaan anggota atau
bawahan itu sangat sulit. Sehingga diperlukan bukti nyata ketika memimpin suatu
organisasi. Ketika kepercayaan menjauh tujuan pun akan menjauh, tapi jika
kepercayaan dekat dengan kita yakinlah tujuan pun semakin dekat dengan kita.
3.
Jelaskan teori Kepemimpinan Contingency Fiedler! (Maching Leaders and Tasks)
Fiddler mendefinisikan efektivitas
pemimpin dalam hal performa group dalam mencapai tujuannya. Fiddler membagi
tipe pemimpin menjadi 2: yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi
pada maintenance. Dari observasi ini ditemukan faktia bahwa tidak ada korelasi
konsisten antara efektifitas group dan perilaku kepemimpinan.
Pemimpin yang berorientasi pada
tugas akan efektif pada 2 set kondisi:
o
Pada set yang pertama, pemimpin ini sangat memiliki hubungan yang baik
dengan anggotanya, tugas yang didelegasikan pada anggota sangat terstruktur
dengan baik, dan memiliki posisis yang tinggi dengan otoritas yang tinggi juga.
o
Pada set yang kedua, pemimpin ini tidak memiliki hubungan yang baik
dengan anggotanya, tugas yang diberikan tidak jelas, dan memiliki posisi dan
otoritas yang rendah.
Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman social atau lingkungannya.
Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan
situasi-situasi
yang spesifik. Karena
situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya
hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan
kepemimpinan yang akan selalu terbaik.
Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas
pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi sentral
teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja
oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin
dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami secara
lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan.
4.
Jelaskan model Kepemimpinan Normatif menurut Vroom & Yetton!
Salah satu tugas utama dari
seseorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan-keputusan yang dilakukan para pemimpin seringkali sangat
berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari
efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat
menentukan keberhasilan yang bias melaksanakan tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat
keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibandingkan
dengan mereka yang tidak manpu membuat keputusan dengan baik.
Vroom dan Yetton (1973)
mengembangkan model kepemimpinan normative dalam 3 kunci utama: metode
taksonomi kepemimpinan, atribut2 permasalahan, dan pohon keputusan (decision
tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton,
1973):
o
Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi
yang saat ini terdapat pada pemimpin.
o
Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi
yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan
tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
o
Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu
yang relevan, mengetahui ide2 dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam
kelompok; lalu membuat keputusan.
o
Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan
ide2 dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat
keputusan.
o
Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok,
mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun
yang dibuat oleh kelompok.
Tidak ada satupun dari
metode ini yang dianggap terbaik untuk diterapkan pada berbagai situasi. Para
pemimpin harus mencocokkan metode kepemimpinan dengan situasi yang ada. Ada 7
atribut dari situasi yang harus diambil dalam memutuskan metode kepemimpinan
seperti apa yang harus digunakan (Vroom & Yetton, 1973):
o
Adakah kualitas lain yang lebih rasional dari
pada solusi yang telah ada?
o
Apakah saya memiliki informasi dan keahlian yang
cukup untuk membuat sebuah keputusan yang berkualitas tinggi?
o
Apakah masalahnya terstruktur?
o
Apakah penerimaan subordinat saya terhadap
keputusan yang saya buat akan mempengaruhi efektivitas dalam implementasi
keputusan saya?
o
Jika saya harus membuat keputusan sendiri, apakah
keputusan saya dapat diterima secara beralasan oleh subordinat saya?
o
Apakah subordinat saya memiliki tujuan organisasi
yang sama dengan saya saat memecahkan masalah ini?
o
Apakah konflik akan terjadi di kalangan
subordinat sata ketika solusi ini terpilih?
Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut terspesifikasi
melalui metode kepemimpinan macam apa yang paling tepat diterapkan pada situasi
tertentu. Jawaban “ya” dan “tidak” akan mengarah pada pohon keputusan (decision
tree) yang membantu pemimpin untuk melanjutkan tanggungjawabny. Aturan yang
dirancang untuk mendukung dan
melindungi hasil penerimaan keputusan: Vroom & Yetton, 1973):
o
Penerimaan Aturan: jika penerimaan oleh bawahan sangat penting
untuk pelaksanaan yang efektif, menghilangkan gaya otokratis.
o
Konflik Aturan: jika penerimaan oleh bawahan sangat penting
untuk pelaksanaan yang efektif, dan mereka memegang pendapat yang saling
bertentangan atas sarana untuk mencapai beberapa tujuan, menghilangkan gaya
otokratis.
o
Keadilan Aturan: jika kualitas keputusan penerimaan tidak
penting tapi penting, gunakan gaya yang paling partisipatif.
o
Penerimaan Aturan Prioritas: jika penerimaan
sangat penting dan tidak pasti hasil dari keputusan otokratis, dan jika
subor-dinates tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya
yang sangat partisipatif.
5.
Jelaskan Path-Goal teori dalam kepemimpinan!
Sekarang ini salah satu pendekatan
yang paling diyakini adalah teori path-goal.
Teori path-goal adalah suatu model
kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House, yang menyaring
elemen2 dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan pada inisiating sturucture dan consideration serta teori penghargaan
motivasi.
Menurut teori path-goal, suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada
tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu
atau masa mendatang. Perilaku akan memberikan motivasi sepanjang (1) membuat
bawahan merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif, dan (2)
menyediakan ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam
kinerja efektif (Robins, 2002).
Bawahan sering berharap pemimpin
membantu mengarahkan mereka dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan
berharap para pemimpin mereka membantu mereka dalam pencapain tujuan-tujuan bernilai mereka. Ide diatas memainkan peran
penting dalam House’s Path-Goal Theory yang menyatakan behwa kegiatan-kegiatan pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan
mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi para
bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja
yang baik dan kinerja yang baik tersebut selanjutnya akan diakui dan diberikan
ganjaran.
Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan
efektifitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model ini, pemimpin
menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kekampuan untuk
melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut sebagai path-goal karena memfokuskan pada
bagaimana pimpinan mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan
pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan.
Model path-goal menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan
bawahan melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat
digunakan sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan. Teori pengharapan (Expectancy Theory) menjelaskan bagaimana
sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi
(path-gaol) dengan valensi dari hasil
(goal attractiveness). Individu akan
memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara
usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan
nilai tinggi. Model path-goal juga
mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu
bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi. Model path-goal menganjurkan bahwa
kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
o
Fungsi pertama: adalah member kejelasan alur. Maksudnya, seorang
pemimpin harus mampu membantu bawahannya dalam memahami bagaimana cara kerja
diperlukan di dalam menyelesaikan tugasnya.
o
Fungsi kedua: adalah meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya dengan memberikan dukungan dan perhatian
terhadap kebutuhan pribadi mereka.
Untuk membentuk fungsi2 tersebut, pemimpin dapat mengambil berbagai gaya
kepemimpinan. Empat gaya kepemimpinan dijelaskan dalam model path-goal sebagai berikut (Koontz et al
dalam Kajanto, 2003):
o
Instrumental (directive) → suatu pendekatan yang berfokus pada
penyediaan bimbingan tertentu, menetapkan jadwal kerja dan aturan. Pemimpinan
memberitahukan kepada bawahan apa yang diharapkan dari mereka, memberitahukan
jadwal kerja yang harus disesuaikan dan standar kerja, serta memberikan
bimbingan/arahan secara spesifik tentang cara-car menyelesaikan tugas tersebut,
termasuk didalam aspek perencanaan, organisasi, koordinasi dan pengawasan.
o Supportive→Mendukung: sebuah gaya berfokus pada
membangun hubungan baik dengan bawahan dan memuaskan kebutuhan mereka. Pemimpin
bersifat ramah dan menunjukkan kepeduliaan akan kebutuhan bawahan. Ia juga
memperlakukan semua bawahan sama dan menunjukkan tentang keberadaan mereka,
status, dan kebutuhan2 pribadi, sebagai usaha untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang menyengangkan di
antara anggota kelompok. Kepemimpinan pendukung (supportive) memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja bawahan
pada saat mereka sedang mengalami frustasi dan kekecewaan.
o Participative→Partisipatif: suatu pola dimana
pemimpin berkonsultasi dengan bawahan, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Pemimpin partisipatif berkonsultasi dengan bawahan
dan menggunakan saran2 dan ide mereka sebelum mengambil suatu keputusan.
Kepemimpinan partisipatif dapat meningkatkan motivasi kerja bawahan.
o
Achievement-Oriented→Prestasi berorientasi: suatu pendekatan dimana
pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mencari perbaikan dalam kinerja.
Gaya kepemimpinan dimana pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan untuk berprestasi semaksimal mungkin serta terus menerus
mencari pengembangan prestasi dalam proses pencapaian tujuan tersebut.
Terdapat dua faktor situasional yang diidentifikasikan ke dalam model
teori path-goal, yaitu: personal characteristic of subordinate and
environmental pressures and demand (Gibson, 2003).
1) Karakteristik Bawahan
Pada faktor situasional ini, teori path-goal
memberikan penilaian bahwa perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan
jika para bawahan melihat perilaku tersebut akan merupakan sumber yang segera
bisa memberikan kepuasan atau sebagai suatu instrument bagi kepuasan2 masa depan.
Karakteristik bawahan mencakup tiga hal, yakni:
·
Letak kendali (Locus of Control)
Hal ini berkaitan dengan keyakinan individu sehubungan dengan penentuan
hasil. Individu yang mempunyai letak kendali internal meyakini bahwa hasil (reward) yang mereka peroleh didasarkan
pada usaha yang mereka lalukan sendiri. Sedangkan mereka yang cenderung letak
kendali eksternal menyakini bahwa hasil yang mereka peroleh dikendalikan olej
kekuatan di luar control pribadi mereka. Orang yang internal cenderung lebih menyukai
gaya kepemimpinan yang participative,
sedangkan eksternal umumnya lebih menyenangi gaya kepemimpinan directive.
·
Kesediaan untuk Menerima Pengaruh (Authoritarianism)
Kesediaan orang untuk menerima pengaruh dari orang lain. Bawahan yang
tingkat authoritarianism yang tinggi
cenderung merespon gaya kepemimpinan yang directive,
sedangkan bawahan yang tingkat authoritarianism
rendah cenderung memilih gaya kepemimpinan partisipatif.
·
Kemampuan (Abilities)
Kemampuan dan pengalaman bawahan akan mempengaruhi apakah mereka dapat
bekerja lebih berhasil dengan pemimpin yang berorientasi presasi (Achievement-Oriented) yang telah
menentukan tantangan sasaran yang harus dicapai dan mengharapkan prestasi yang
tinggi, atau pemimpin yang supportive
yang lebih suka member dorongan dan mengarahkan mereka. Bawahan yang mempunyai
kemempuan yang tinggi cenderung memilih gaya kepemimpinan achievement-oriented,
sedangkan bawahan yang mempunyai kemempuan rendah cenderung memilih pemimpin
yang supportive.
2)
Karakteristik Lingkungan
Pada faktor situasional ini path-goal menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan menjadi faktor
motivasi terhadap para bawahan, jika:
·
Perilaku tersebut akan memuaskan kebutuhan bawahan sehingga akan
memungkinkan tercapainya efektivitas dalam pelaksanaan kerja.
·
Perilaku tersebut merupakan komplimen dari lingkungan para bawahan yang
dapat berupa pemberian latihan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan untuk
mengidentifikasi pelaksanaan kerja.
Karakteistik lingkungan terdiri dari tiga hal,
yaitu:
ü Struktur Tugas
Struktur kerja yang tinggi akan mengurangi kebutuhan kepemimpinan yang
direktif.
ü Wewenang Formal
Kepemimpinan yang direktif akan lebih berhasil dibandingkan dengan participative bagi organisasi dengan
struktur wewenang formal yang tinggi.
ü Kelompok Kerja
Kelompok kerja dengan tingkat kerjasama yang tinggi kurang membutuhkan
kepemimpinan supportive.
Dengan menggunakan salah satu dari
empat gaya diatas, dan dengan memperhitungkan faktor2 seperti yang diuraikan
tersebut, seorang pemimpin harus berusaha untuk mempengaruhi persepsi para
karyawan atau bawahannya dan mampu memberikan motivasi kepada mereka, dengan
cara mengarahkan mereka pada penjelasan tugas2nya, pencapaian tujuan, kepuasan
kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif.
Menurut Path-Goal Theory, dua variable situasi yang sangat menentukan
efektivitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan
lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang
ada. Walaupun model kepemimpinan kontigensi dianggap lebih sempurna
dibandingkan model2 sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam
organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klasifikasi yang
jelas tentang konbinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah
laku pemimpin dan variable situasional.
B. PERENCANAAN,
PENETAPAN MANAJEMEN
1.
Jelaskan pengertian dari perencanaan
manajemen?
Perencanaan merupakan susunan
langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan organisasi
atau memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan sebagai upaya
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala
keterbatasan guna mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Perencanaan
merupakan langkah awal dalam proses manajemen, karena dengan merencanakan
aktivitas organisasi kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi
difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.
Ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam melakukan perencanaan, yakni harus SMART. SMART yaitu Specific artinya perencanaan
harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan terlalu
idealis. Measurable artinya
program kerja organisasi atau rencana harus dapat diukur tingkat
keberhasilannya. Achievable artinya
dapat dicapai. Jadi bukan hanya sekedar angan-angan dalam merencanakan dan
tidak dapat dilaksanakan. Realistic artinya
sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Time artinya
ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran atau
tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.
Setelah merencanakan aktivitas
organisasi secara sistematis dan terukur, maka perlu juga melakukan perencanaan
penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan. Prinsip dalam melakukan perencanaan
penganggaran,adalah mengunakan segala sumber daya keuangan secara efesien dan
se-efektif mungkin. Hal ini perlu direncanakan secara serius, agar organisasi
tidak melakukan pemborosan, keuangan, selain itu sekaligus juga melihat
sumber-sumber daya keuangan yang bisa diperoleh dari luar organisasi.
2.
Langkah2 dalam menyusun Perencanaan dalam Organisasi!
Langkah-langkah
dalam membuat perencanaan :
o Analisis situasi &
identifikasi masalah
Melakukan analisa dan identifikasi terhadap situasi
organisasi dengan memperhatikan tujuan organisasi. dalam melakukan analisa
situasi dapat menggunakan teknik analisis SWOT.
o Menentukan skala prioritas
Setelah dianalisa dan mengidentifikasi masalah, maka
perlu dilakukan penentuan skala prioritas terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal
ini agar kebutuhan organisasi yang mendesak didahulukan untuk menjamin
keberlangsungan organisasi.
o Menentukan tujuan program
Agar pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi akan
mengarah pada pencapaian tujuan organisasi, maka dibutuhkan penentuan tujuan
program, sehingga nantinya pelaksanaan program dapat diukur capaiannya.
o
Menyusun rencana kerja operasional (termasuk didalamnya
menyusun anggaran).
3.
Manfaat perencanaan dalam suatu oraganisasi!
Manfaat perencanaan bagi organisasi :
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
2. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan mudah di pahami.
3. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
4. Manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
1. Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan.
2. Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan mudah di pahami.
3. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
4. Manajer memahami keseluruhan gambaran operasi lebih jelas.
4.
Jelaskan jenis perencanaan dalam Organisasi!
Melihat
tingkat hirarkis, ada tiga jenis perencanaan, yaitu:
o
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis dianggap oleh organisasi secara keseluruhan dan
dihasilkan oleh tingkat hirarki yang lebih tinggi dari sebuah organisasi.
Berkaitan dengan tujuan jangka panjang dan strategi dan tindakan untuk
mencapainya. Perencanaan
ini merupakan proses dimana eksekutif / top manajer meramal arah jangka panjang
dari suatu entitas dengan menetapkan target spesifik pada kinerja, dengan
mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal untuk melakukan tindakan
perencanaan yang dipilih.
Hal ini biasanya dilakukan dalam organisasi pada tingkat manajerial,
atau tingkat tertinggi perintah, yang dilakukan dengan cara taktik dan prosedur
yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau diberikan perencanaan jangka
panjang lebih dari 5 tahun. Perencanaan strategis juga merupakan suatu hal untuk
merencanakan strategi dalam segala hal, atau dalam kehidupan sehari-hari setiap
orang.
o
Perencanaan Taktis / Taktik
Pada tingkat kedua dari perencanaan, taktis, kinerja berada dalam setiap
area fungsional bisnis, termasuk sumber daya tertentu. Perkembangannya terjadi
oleh tingkat organisasi menengah, bertujuan untuk efisiensi penggunaan sumber
daya yang tersedia untuk jangka menengah proyeksi. Dalam perusahaan besar
dengan mudah mengidentifikasi tingkat perencanaan, yang diberikan oleh setiap
kepala bagian.
Bagian taktis merupakan proses yang berkelanjutan, yang bertujuan dalam
waktu dekat, merampingkan pengambilan keputusan dan menentukan tindakan. Bagian
Ini dilakukan secara sistemik karena merupakan totalitas yang dibentuk oleh
sistem dan subsistem, seperti yang terlihat dari sudut pandang sistemik. Apakah
iteratif, dan proyek mana yang harus fleksibel dan menerima penyesuaian dan
koreksi. Teknik ini memungkinkan pengukuran siklus dan evaluasi sebagai
dijalankan yang secara dinamis dan interaktif dilakukan dengan orang lain, dan
merupakan teknik yang mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dari efisiensi.
o
Perencanaan Operasional
Ketidakpastian yang disebabkan oleh tekanan dan pengaruh lingkungan
harus berasimilasi pada pertengahan atau taktik yang harus mengkonversi dan
menafsirkan keputusan strategis, tingkat tertinggi, ke dalam rencana konkrit di
tengah dan membuat rencana yang akan dilakukan dan, pada gilirannya, dibagi
lagi menjadi rencana operasional dan rincian yang akan dijalankan pada tingkat
operasional.
Karena jadwal pada tingkat operasional sesuai dengan set bagian homogen
dari perencanaan taktis, yaitu, mengidentifikasi prosedur spesifik dan proses
yang diperlukan di tingkat bawah organisasi, menyajikan rencana aksi atau
rencana operasional. Hal ini dihasilkan oleh tingkat organisasi yang lebih rendah,
dengan fokus pada kegiatan rutin perusahaan, oleh karena itu, rencana
dikembangkan untuk waktu yang singkat. Perencanaan Operasional ini dilakukan pada karyawan di tingkat terendah
dari organisasi. Membuat perencanaan kecil sebuah organisasi dan merinci bagaimana
tujuan akan dicapai.
Bahkan, semua titik dasar perencanaan terjadi di tingkat operasional,
yang sangat mempengaruhi dan menentukan, bersama dengan, hasil taktik. Termasuk tugas-tugas
operasional dan skema operasi yang benar dan efisien dalam menjalani sistem
pendekatan reduksionis proses khas ditutup. Hal ini dilakukan berdasarkan
proses diprogram dan teknik komputasi. Ini mengubah ide menjadi kenyataan, atau
mengeksekusi tujuan dari suatu tindakan melalui berbagai rute, jangka pendek
pekerjaan umumnya kurang dari 1 tahun.
SUMBER: