Sehat?
Mungkin kita semua tau arti dari kata Sehat ini. Sehat itu adalah keadaan
dimana tubuh, jiwa dan raga dalam keadaan baik, mungkin secara garis besarnya
adalah sehat yaitu terbebas dari segala macam penyakit. Sehat adalah suatu keadaan seimbang
yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya (Parknis 1938). Sedangkan menurut White (1977) sehat
adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai
keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Dalam
tulisan kali ini saya akan membahas secara keselurahan dari konsep sehat
menurut dimensi-dimensinya, sejarah perkembangan kesehatan mental, pendekatan
kesehatan mental, dan teori kepribadian sehat menurut para ahli.
Konsep-konsep
kesehatan dikembangkan berdasarkan:
1. Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur
dari rasa takut, gelisah, marah, sedih, dan senang. Mungkin secara mudah
dipahaminya seperti ini, apalah gunanya jika fisik yang sehat namun kita tidak
bisa mengontrol emosi? Karena emosi itu pemicu juga dari berbagai penyakit. Seseorang
yang mempunyai tingkat emosi tinggi biasanya lebihh mudah terserang stress, dan
stress itu adalah pemicu penyakit di dalam tubuh.
2. Dimensi Intelektual
Ada ungkapan yang pernah
mengatakan bahwa sehat secara intelektual yaitu kecerdasan seseorang dapat
dilihat dari bagaimana ia bisa mengontrol dan mempengaruhi tingkat emosinya. Namun
sepertinya ungkapan itu memang benar adanya, karena kecerdasan seseorang
tersebut dapat dilihat dari bagaimana ia dapat mengontrol emosinya melihat
realitas dari berbagai sudut pandang, dan kemampuannya dalam memecahkan masalah
yang kadang melibatkan emosi.
3. Dimensi Sosial
Masih ada keterkaitannya dengan
emosi dan intelektual, dimensi sosial juga tidak kalah penting. Sehat secara
sosial yaitu seseorang dapat dikatakan sehat secara mental apabila ia mampu berinteraksi
dengan oranglain di lingkungan sekitarnya, bisa bekerja sama dengan
lingkungannya dan berinteraksi dengan baik dengar orang-orang disekitarnya.
4. Dimensi Fisik
Seperti yang sudah kita bahas di
awal, jika sehat secara keseluruhan arti yaitu sehat dalam fisik (tubuh) dan
juga jiwa. Kita tidak bisa memungkiri bahwa kesehatan fisik mempengaruhi emosi
kita. Jika kondisi kita sedang dalam keadaan prima dan baik diharapkan kita
lebih bisa mengontrol emosi kita. Sehat pada fisik yaitu apabila kondisi tubuh secara
fisiologis normal, tidak cacat, tidak mengidap penyakit dan tidak memiliki satu
kekurangan apapun dalam dirinya.
5. Dimensi Mental
Mental berarti berada dalam diri
kita. Mental itu adalah sebagai wadah dari 3 aspek yaitu pikiran, emosi dan
spiritual. Maka dari itulah jika kondisi emosi dan spiritual seseorang itu
baik, maka bisa dipastikan bahwa kesehatan mentalnya juga baik.
6. Dimensi Spiritual
Spiritual yaitu berarti berupa
kehidupan kerohanian. Sehat yang terpenting juga yaitu jika kita bisa merasa
bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan dan kita punyai. Seseorang
dapat dikatakan memiliki kesehatan spiritual baik jika ia mampu mengekspresikan
rasa syukur terhadap suatu nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan YME, kemudian
mau berserah diri kepada Tuhan jika sedang mengalami suatu permasalahan, baik
permasalahan yang berat maupun permasalahan yang ringanyang sedang dihadapinya.
Dapat diambil kesimpulan yaitu, sehat secara spiritual adalah keadaan dimana
seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya agar
kesehatan emosi nya terjaga.
Sejarah
Perkembangan Mental
Beratus-ratus
tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah akibat dari
syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan perbuatan dosa. Oleh karena itu para
penderita penyakit mental dimasukkan ke dalam penjara di bawah tanah dan diikat
erat dengan rantai besi yang berat dan juga kuat. Namun, lambat laun muncullah
usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi
orang-orang yang terganggu mentalnya ini.
Orang
yang mengalami gangguan kesehatan mental biasanya sering kali tidak terdeteksi,
sekali pun oleh anggota keluarga maupun orang terdekatnya sendiri. Hal ini
dikarenakan keterbiasaan mereka sehari-hari yang hidup bersama, sehingga
timgkah laku yang mengindikasi gangguan mental yang dialami dianggal adalah hal
yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Kesehatan
mental mulai berkembang sejak perang dunia II. Sejak awal perang dunia ke II,
kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang-orang. Dalam bidang
kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi
sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya
sejalan dengan perubahannya.
Ungkapan
Kesehatan Mental ini diciptakan oleh W. Swester di tahun 1843, dan penuh dengan
konten yang sebenarnya melalui “pribadi” pengalaman berkumpul oleh asuransi
Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi
dan sakit mkental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang
lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak disebut hanya kejiwaan. Philippe
Pinel dari Perancis dan William tuke dari Inggris adalah salah satu contoh
orang-orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang
terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal
dengan masa pra ilmiah, karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan
tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Pendekatan
Kesehatan Mental
1. Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran
termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik
maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan
tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan
fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah
psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita
berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah
kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada
keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya
secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai
untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan
pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental
belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap
lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
2. Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak
dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya
semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu
dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan
tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam
masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang
absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain
yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan
perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku
yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan
agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya
tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat
dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat
mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya?
Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat
mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh diatas tersebut
kita tidak dapat menggaris besarkan ataupun menyimpulkan membedakan
orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat
begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada
seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah.
Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang
berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya
seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita
berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat
mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia
adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri,
kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara
keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya
berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
3. Orientasi Pengambangan Potensi
Seseorang dikatakan
mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang
lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang
menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah
akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang
sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya
perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk
kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan
perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau
kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi,
mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga
hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa
kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat
menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai
kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan
menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika
kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh
aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan
sosial.
Teori
Kepribadian Sehat Menurut Beberapa Ahli
1. Aliran Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu
bentuk model kepribadian. Teori ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh
Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya
tentang struktur kepribadian dan sebeb-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep
teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang
kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari permunculan
dalam perilaku dan pikiran. Menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan
dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual. Dan apabila
dorongan-dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan
kepribadian dan juga mangganggu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan
kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar
yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari”
atau unconscious motivation,
menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikolanalisa mempunyai metode untuk
membongkar gangguan-gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara
lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari
pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang
sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah
laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis
yang berbeda, yaitu: Id, Ego, Super Ego.
-
Id
merupakan bagian paling primitif dalam kepribadian dan dari sinilah nanti Ego
dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan
menghindari yang tidak menyenangkan.
-
Ego
merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional
berdasarkan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,
yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang dipuaskan
oleh Id berdasarkan kenyataan.
-
Super
Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan
orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati
nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilaian apakah sesuatu itu benar
atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Freud mengumpamakan pikiran
manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang nampak diatas permukaan
air menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah
permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran seperti impuls, ingatan, nafsu
dan hal lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
2. 2. Aliran Behavioristik
Aliran ini menganggap bahwa
manusia sebagai mesin layaknya alat pengatur panas. Maksudnya adalah manusia
sebagai sistem konflik yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. Aliran
ini juga menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri. Behaviorisme atau
aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filososi dalam
psikologi yang berdasar pada proporsi bahwa semua yang dilakukan organisme -termasuk
tindakan, pikiran atau perasaan- dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran
ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa
melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Behaviorisme
beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati secara
pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori-teori behavioristik adalah
proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi lingkungan
belajar dalam menjelaskan perilaku. Semua bentuk tingkah laku manusia adalah
hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses penguatan. Pendekatan behavioristik
terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar, yaitu:
1)
Perilaku
harus dijelaskan dalam pengaruh kausal lingkungan terhadap diri.
2)
Pemahaman
terhadap manusia harus dibangun berdasarkan riset ilmiah objektif dan dikontrol
dengan seksama dalam eksperimen laboratorium.
3. 3. Aliran Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat
dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik. Gerakan ini merasa tidak
puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan
penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Psikologi humanistik
dimulai di Amerika Serikat Pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh
psikologi humanistik memandang behaviorisme mendahului manusia. Psikologi humanistik
mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia.
Menurut psikologi humanistik manusia adalah mahluk kreatif yang dikendalikan
oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri, bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidaksadaran.
Maslow menjadi terkenal karena
teori motivasinya yang dituangkan dalam bukunya “Motivation
and Personality”.
Dalam buku tersebut diuraikan bahwa manusia terdapat 5 macam kebutuhan hierarki
Menurut
Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya
pada masalah-masalah kemanusiaan. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi
humanistik, yaitu:
a) Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya
berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b) Mamberi tekanan pada kulaitas-kualitas
yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandang
tentang manusia yang mekanistis dan reduksionis.
c) Menyadarkan diri pada
kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dalan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d) Memberikan perhatian penuh dan
meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik
pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu.
4. Pendapat Allport
Memahami dan menjelaskan
perkembangan proplum sebagai dadar perkembangan kepribadian yang sehat. Gambaran
kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan
menyanjung-nyanjung. Allport lebih optimis tentang kodrat manusia dari pada
freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia,
sifat-sifat yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Seperti dikemukakan,
pandangan-pandangan pribadi dan professional dari Allport adalah positif, penuh
harapan dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna
terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema
pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu
berbeda dari apa yang terdapat pada Freud. Allport tidak percaya bahwa orang-orang
yang matang dan sehat di kontrol dan dikuasai oleh tak sadar, kekuatan-kekuatan
yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Berikut ini adalah tujuh kriteria
kepribadian yang matang:
1)
Perluasan
perasaan diri
2)
Hubungan
diri yang hangat dengan orang-orang lain
3)
Keamanan
emosional
4)
Persepsi
realistis
5)
Keterampilan-keterampilan
dan tugas-tugas
6)
Pemahaman
diri
7)
Filsafat
hidup yang mempersatukan
2. 5. Pendapat Rogers
Rogers bekerja dengan
individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah
kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini (dia lebih suka menyebut
mereka “klien-klien”), Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang
menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian terhadap klien,
bukan pada ahli terapi (sperti pada pendekatan Freud). Karena itu disebut “terapi
yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Jelas, metode ini menganggap
bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran
tertentu dan mengatakan kepada kita banyak tentang pandangan Rogers mengenai
kodrat manusia. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar tidak dikontrol
oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan,
penyapihan atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak
menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak
dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi
kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting dari pada masa lampau. Rogers tetap
berfokus pada apa yang terjadi dengan kita sekarang, bukan yang terjadi pada
waktu itu.
Roges memberikan lima sifat orang
yang berfungsi sepenuhnya, yaitu:
a.
Keterbukaan
pada pengalaman
b.
Kehidupan
eksistensial
c.
Kepercayaan
terhadap organisme sendiri
d.
Perasaan
bebas
e.
Kreatifitas
6. Pendapat Abraham Maslow
Tujuan yang menantang dari Maslow
adalah mempelajari beberapa banyak potensi yang kita miliki untuk perkembangan
dan pengungkapan manusia yang penuh. Dalam pandangan Maslow, semua manusia
memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk
mengaktualisasi diri. Maslow menulis tentang manusia yang sehat secara
psikiatris: “Pertama dan yang paling penting adalah keyakinan yang kuat bahwa
manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki. Kedua, terkandung suatu
konsepsi bahwa perkembangan yang benar-benar sehat, normal dan yang
dicita-citakan terjadi dalam bentuk mengaktualisasikan kodrat ini, memenuhi
potensi-potensi ini.”
Individu yang sehat adalah
individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan kedalam
diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat
melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya
pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung
jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan
untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow
juga mengatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis,
sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala
patologi baik mental maupun fisik.
7. Pendapat Erick Fromm
Fromm adalah ahli teori pertama
yang dibicarakan sampai sekarang yang menyamakan kesehatan psikologi dan
kesehatan mental dengan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan suatu bagian
integral dari kepribadian sehat, bukan suatu hasil sampingan yang terjadi
kebetulan. Kebahagiaan merupakan hasil dari kehidupan produktif dan membantu
serta memajukan juga tingkat-tingkat prouktifitas yang lebih tinggi. Kebahagiaan
sungguh-sungguh merupakan suatu bagian dari kehidupan sehat, sehingga dapat
diambil sebagai bukti dari tingkat kesehatan psikologis yang telah dicapai
seseorang. Fromm mengembangkan dan memperhalus teorinya sendiri tentang
kepribadian. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai yang ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan
juga kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak
dan juga kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi perkembangan
spesies manusia.
Fromm mengemukakan 5 kebutuhan
yang berasal dari dikotomi kebebasan dan kemanan, yaitu:
1.
Hubungan
2.
Transdensi
3.
Berakar
4.
Perasaan
Identitas
5. Kerangka Orientasi