Kamis, 04 April 2013

KESEHATAN MENTAL: Konsep Sehat, Teori Kepribadian Sehat, Sejarah Perkembangan Mental, dan Pendekatannya.


Sehat? Mungkin kita semua tau arti dari kata Sehat ini. Sehat itu adalah keadaan dimana tubuh, jiwa dan raga dalam keadaan baik, mungkin secara garis besarnya adalah sehat yaitu terbebas dari segala macam penyakit. Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Parknis 1938). Sedangkan menurut White (1977) sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Dalam tulisan kali ini saya akan membahas secara keselurahan dari konsep sehat menurut dimensi-dimensinya, sejarah perkembangan kesehatan mental, pendekatan kesehatan mental, dan teori kepribadian sehat menurut para ahli.

Konsep-konsep kesehatan dikembangkan berdasarkan:

1. Dimensi Emosional
Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih, dan senang. Mungkin secara mudah dipahaminya seperti ini, apalah gunanya jika fisik yang sehat namun kita tidak bisa mengontrol emosi? Karena emosi itu pemicu juga dari berbagai penyakit. Seseorang yang mempunyai tingkat emosi tinggi biasanya lebihh mudah terserang stress, dan stress itu adalah pemicu penyakit di dalam tubuh.
2. Dimensi Intelektual
Ada ungkapan yang pernah mengatakan bahwa sehat secara intelektual yaitu kecerdasan seseorang dapat dilihat dari bagaimana ia bisa mengontrol dan mempengaruhi tingkat emosinya. Namun sepertinya ungkapan itu memang benar adanya, karena kecerdasan seseorang tersebut dapat dilihat dari bagaimana ia dapat mengontrol emosinya melihat realitas dari berbagai sudut pandang, dan kemampuannya dalam memecahkan masalah yang kadang melibatkan emosi.
3. Dimensi Sosial
Masih ada keterkaitannya dengan emosi dan intelektual, dimensi sosial juga tidak kalah penting. Sehat secara sosial yaitu seseorang dapat dikatakan sehat secara mental apabila ia mampu berinteraksi dengan oranglain di lingkungan sekitarnya, bisa bekerja sama dengan lingkungannya dan berinteraksi dengan baik dengar orang-orang disekitarnya.
4. Dimensi Fisik
Seperti yang sudah kita bahas di awal, jika sehat secara keseluruhan arti yaitu sehat dalam fisik (tubuh) dan juga jiwa. Kita tidak bisa memungkiri bahwa kesehatan fisik mempengaruhi emosi kita. Jika kondisi kita sedang dalam keadaan prima dan baik diharapkan kita lebih bisa mengontrol emosi kita. Sehat pada fisik yaitu apabila kondisi tubuh secara fisiologis normal, tidak cacat, tidak mengidap penyakit dan tidak memiliki satu kekurangan apapun dalam dirinya.
5. Dimensi Mental
Mental berarti berada dalam diri kita. Mental itu adalah sebagai wadah dari 3 aspek yaitu pikiran, emosi dan spiritual. Maka dari itulah jika kondisi emosi dan spiritual seseorang itu baik, maka bisa dipastikan bahwa kesehatan mentalnya juga baik.
6. Dimensi Spiritual
Spiritual yaitu berarti berupa kehidupan kerohanian. Sehat yang terpenting juga yaitu jika kita bisa merasa bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah diberikan dan kita punyai. Seseorang dapat dikatakan memiliki kesehatan spiritual baik jika ia mampu mengekspresikan rasa syukur terhadap suatu nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan YME, kemudian mau berserah diri kepada Tuhan jika sedang mengalami suatu permasalahan, baik permasalahan yang berat maupun permasalahan yang ringanyang sedang dihadapinya. Dapat diambil kesimpulan yaitu, sehat secara spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya agar kesehatan emosi nya terjaga.

Sejarah Perkembangan Mental

Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah akibat dari syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan perbuatan dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan ke dalam penjara di bawah tanah dan diikat erat dengan rantai besi yang berat dan juga kuat. Namun, lambat laun muncullah usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini.
Orang yang mengalami gangguan kesehatan mental biasanya sering kali tidak terdeteksi, sekali pun oleh anggota keluarga maupun orang terdekatnya sendiri. Hal ini dikarenakan keterbiasaan mereka sehari-hari yang hidup bersama, sehingga timgkah laku yang mengindikasi gangguan mental yang dialami dianggal adalah hal yang biasa, bukan sebagai gangguan.
Kesehatan mental mulai berkembang sejak perang dunia II. Sejak awal perang dunia ke II, kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang-orang. Dalam bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan perubahannya.
Ungkapan Kesehatan Mental ini diciptakan oleh W. Swester di tahun 1843, dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui “pribadi” pengalaman berkumpul oleh asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang lebih manusiawi dan sakit mkental, cara bagaimana tujuannya ini dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan tidak disebut hanya kejiwaan. Philippe Pinel dari Perancis dan William tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang-orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah, karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.

Pendekatan Kesehatan Mental
1. Orientasi Klasik
Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
2. Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh diatas tersebut kita tidak dapat menggaris besarkan ataupun menyimpulkan membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
3. Orientasi Pengambangan Potensi
Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.

Teori Kepribadian Sehat Menurut Beberapa Ahli
1. Aliran Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan sebeb-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau dorongan yang mencari permunculan dalam perilaku dan pikiran. Menurut teori psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi dari kesadaran individual. Dan apabila dorongan-dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan kepribadian dan juga mangganggu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis. Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang tidak disadari” atau unconscious motivation, menguraikan ide kunci dari psikoanalisa. Psikolanalisa mempunyai metode untuk membongkar gangguan-gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda, yaitu: Id, Ego, Super Ego.
-          Id merupakan bagian paling primitif dalam kepribadian dan dari sinilah nanti Ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
-          Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasarkan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis, yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
-          Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilaian apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang nampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran seperti impuls, ingatan, nafsu dan hal lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
2.   2.  Aliran Behavioristik
Aliran ini menganggap bahwa manusia sebagai mesin layaknya alat pengatur panas. Maksudnya adalah manusia sebagai sistem konflik yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum. Aliran ini juga menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri. Behaviorisme atau aliran perilaku (juga disebut perspektif belajar) adalah filososi dalam psikologi yang berdasar pada proporsi bahwa semua yang dilakukan organisme -termasuk tindakan, pikiran atau perasaan- dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotesis seperti pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan).
Teori-teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi lingkungan belajar dalam menjelaskan perilaku. Semua bentuk tingkah laku manusia adalah hasil belajar yang bersifat mekanistik lewat proses penguatan. Pendekatan behavioristik terhadap kepribadian memiliki dua asumsi dasar, yaitu:
1)      Perilaku harus dijelaskan dalam pengaruh kausal lingkungan terhadap diri.
2)      Pemahaman terhadap manusia harus dibangun berdasarkan riset ilmiah objektif dan dikontrol dengan seksama dalam eksperimen laboratorium.

3.     3.  Aliran Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Psikologi humanistik dimulai di Amerika Serikat Pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh psikologi humanistik memandang behaviorisme mendahului manusia. Psikologi humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan keunikan manusia. Menurut psikologi humanistik manusia adalah mahluk kreatif yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri, bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya yang dituangkan dalam bukunya “Motivation and Personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa manusia terdapat 5 macam kebutuhan hierarki


Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a)      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b)      Mamberi tekanan pada kulaitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionis.
c)      Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dalan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
d)     Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu.

4. Pendapat Allport
Memahami dan menjelaskan perkembangan proplum sebagai dadar perkembangan kepribadian yang sehat. Gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Allport lebih optimis tentang kodrat manusia dari pada freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifat yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Seperti dikemukakan, pandangan-pandangan pribadi dan professional dari Allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat di kontrol dan dikuasai oleh tak sadar, kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Berikut ini adalah tujuh kriteria kepribadian yang matang:
1)      Perluasan perasaan diri
2)      Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain
3)      Keamanan emosional
4)      Persepsi realistis
5)      Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
6)      Pemahaman diri
7)      Filsafat hidup yang mempersatukan

2.     5.  Pendapat Rogers
Rogers bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini (dia lebih suka menyebut mereka “klien-klien”), Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian terhadap klien, bukan pada ahli terapi (sperti pada pendekatan Freud). Karena itu disebut “terapi yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Jelas, metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan dan kesadaran tertentu dan mengatakan kepada kita banyak tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia. Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan, penyapihan atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak menghukum atau mengutuk kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat kita kontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting dari pada masa lampau. Rogers tetap berfokus pada apa yang terjadi dengan kita sekarang, bukan yang terjadi pada waktu itu.
Roges memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu:
a.       Keterbukaan pada pengalaman
b.      Kehidupan eksistensial
c.       Kepercayaan terhadap organisme sendiri
d.      Perasaan bebas
e.       Kreatifitas



           6.  Pendapat Abraham Maslow
Tujuan yang menantang dari Maslow adalah mempelajari beberapa banyak potensi yang kita miliki untuk perkembangan dan pengungkapan manusia yang penuh. Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasi diri. Maslow menulis tentang manusia yang sehat secara psikiatris: “Pertama dan yang paling penting adalah keyakinan yang kuat bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki. Kedua, terkandung suatu konsepsi bahwa perkembangan yang benar-benar sehat, normal dan yang dicita-citakan terjadi dalam bentuk mengaktualisasikan kodrat ini, memenuhi potensi-potensi ini.”
Individu yang sehat adalah individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan kedalam diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga mengatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik mental maupun fisik.

7. Pendapat Erick Fromm
Fromm adalah ahli teori pertama yang dibicarakan sampai sekarang yang menyamakan kesehatan psikologi dan kesehatan mental dengan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan suatu bagian integral dari kepribadian sehat, bukan suatu hasil sampingan yang terjadi kebetulan. Kebahagiaan merupakan hasil dari kehidupan produktif dan membantu serta memajukan juga tingkat-tingkat prouktifitas yang lebih tinggi. Kebahagiaan sungguh-sungguh merupakan suatu bagian dari kehidupan sehat, sehingga dapat diambil sebagai bukti dari tingkat kesehatan psikologis yang telah dicapai seseorang. Fromm mengembangkan dan memperhalus teorinya sendiri tentang kepribadian. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan juga kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan juga kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi perkembangan spesies manusia.
Fromm mengemukakan 5 kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan kemanan, yaitu:
1.      Hubungan
2.      Transdensi
3.      Berakar
4.      Perasaan Identitas
            5.   Kerangka Orientasi







1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus