Nama : Amanda Sasti Nadira
NPM : 10511659
Kelas : 3PA10
A. Empowerment, Stres dan Konflik
1. Pengertian Empowerment
Empowerment adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered,
participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
Shardlow (1998), pemberdayaan
pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai dengan keinginan mereka.
Empowerment adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered,
participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
Menurut Chamber (Edi Suharto,
2005), pemberdayaan sebagai paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat
“peoplecentered, participatory, empowering, and sustainable”. Konsep ini lebih
luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) atau
menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut (safety
net), tetapi juga keberlanjutan pembangunan dalam masyarakat.
2. Kunci efektifitas Empowerment dalam
Manajemen
Konsep pemberdayaan
(empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu
“kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model
pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang
berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif
pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran
antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan
demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat,
sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
3. Pengertian Stres pada manusia
Stres adalah suatu kondisi anda
yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau
sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang
hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang
melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang
terkontrol secara sehat. Stress adalah istilah payung yang merangkumi tekanan,
beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan gemuruh, anxieti,
kemurungan dan hilang daya pertimbangan.
4. Sumber Stres pada manusia
Sumber-sumber potensi stress :
- Faktor Lingkungan
- Faktor Organisasi
- Faktor Pribadi
5. Pendekatan terhadap stress pada manusia
a. Pendekatan Individu
Seorang karyawan dapat berusaha
sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang
cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan
dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.
Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga
mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi sires
yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai
stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat,
kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi
dirinya.
b. Pendekatan Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah
tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang scmuanya
dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh
karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan
tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi
organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan
menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi
penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial.
6. Definisi Konflik
Menurut Nardjana (1994) Konflik
yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau
berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya
saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas
(1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun
dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut
dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Menurut Wood, Walace, Zeffane,
Schermerhorn, Hunt, dan Osborn yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang
lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation which two or more people
disagree over issues of organisational substance and/or experience some
emotional antagonism with one another. Yang kurang lebih artinya konflik adalah
suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu
permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya
perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
Menurut Stoner Konflik organisasi
ialah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumberdaya yang langka atau
peselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian.
Daniel Webster mendefinisikan
konflik sebagai:
1. Persaingan atau pertentangan
antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2. Keadaan atau perilaku yang
bertentangan.
7. Jenis-jenis Konflik
Konflik itu mempunyai banyak
jenis seperti yang dikatakan James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada
lima jenis konflikyaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik
antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar
organisasi.
a. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah
konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang
sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya terdapat hal-hal
sebagai berikut:
- Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan
peranan-peranan yang bersaing
- Banyaknya bentuk halangan-halangan yang
bisa terjadi di antara dorongan dan tujuan.
- Terdapatnya baik aspek yang positif maupun
negatif yang menghalangi tujuan tujuan yang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam proses
adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acap kali menimbulkan konflik. Kalau
konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik
intrapersonal yaitu :
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya
orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
Konflik pendekatan penghindaran, contohnya
orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya
orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif
sekaligus.
b. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah
pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan
atau keinginan. Maka Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda
status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini
merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena
konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota
organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan
organisasi tersebut. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok Hal
ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan
untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja
mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan
bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak
dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
Konflik antara kelompok dalam
organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di
dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja
manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. Konflik antara
organisasi.
Contoh seperti di bidang ekonomi
dimana Amerika Serikat dan negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik,
dan konflik ini biasanya disebut dengan persaingan. Konflik ini berdasarkan
pengalaman ternyata telah menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk
baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber
daya secara lebih efisien.
- Konflik antar perorangan
- Konflik antar perorangan
Konflik antar perorangan terjadi
antara satu individu dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya
disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam
organisasi. Hal ini biasanya pernah dialami oleh setiap anggota organisasi baik
hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap. Misalnya seorang manajer
pemasaran merasa tidak senang dengan hasil kerja manajer produksi. Akan tetapi
perasaan ini tidak selalu dilakukan secara terbuka tapi bisa juga secara
diam-diam. Apabila ini berlangsung lebih lama, bisa menyebabkan ketidak
selarasan dalam pengambilan keputusan
d. Konflik Antar Kelompok
Tingkat lainnya dalam konflik di
organisasi adalah konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah
organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri dari banyak
unit. Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan
unit-unit dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang harus bisa
menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan pertentangan ini apabila
dipertahankan maka akan menjadi koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan
menjadi sulit.
e. Konflik antar organisasi
Konflik juga bisa terjadi antara
organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh
persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa
terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut badan terhadap kinerja suatu
organisasi.
Sebagai contoh badan serikat
pekerja di cocok dengan perlakuan suatu perusahaan terhadap pekerja yang
menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari ketidak sesuaian antara
para manajer sebagai individu yang mewakili organisasi secara total. Pada
situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah kebawah bisa berperan
sebagai penghubung-penghubung dengan pihak luar yang berhubungan dengan
bidangnya.
Apabila konflik ini bisa diselesaikan
dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada kegiatan organisasi, maka
konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi kemajuan organisasi.
8. Proses Konflik
Menurut Louis R.Pandy mengukapkan
proses konflik terdiri dari 5 tahap :
1. Tahap I konflik laten yaitu tahap
munculnya factor-faktor penyebab konflik dalam organisasi yaitu :
- Saling ketergantungan kerja
- Perbedaan tujuan dan prioritas
- Perbedaaan status
- Sumber daya yang terbatas
2. Tahap II konflik yang dipersepsikan
(konflik yang dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain
sebagai penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.
3. Tahap III Konflik yang dirasakan, pada
tahap ini konflik tidak sekedar
dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.
4. Tahap IV konflik yang dimanifestasikan,
pada tahap ini prilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai
ditunjukan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya
kenerja dan lain-lainnya.
5. Tahap V konflik Aftermath, jika konflik
benar-benar diselesaikan maka hal itu
akan meningkatkan hubungan para anggota
organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
B. Komunikasi dalam Manajemen
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
2. Proses Komunikasi
Berangkat dari paradigma
Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap,
yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer
adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal
(kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Seperti disinggung di muka,
komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima
oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang
setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama
komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada
komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya
ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.
Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari
komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan
atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam
proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan
dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).
Wilbur Schramm (dalam Effendy,
1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna)
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan
(frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of
experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan,
bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam
komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman
komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang
pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan
timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang
diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin
berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila
pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama
mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C,
sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C
terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya,
orientasi dan mungkin juga kepentingannya.
Contoh tersebut dapat memberikan
gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara
pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin
berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan
menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata
lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya
dari komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan
media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran
berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon,
teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu
menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar,
televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
3. Hambatan dalam Komunikasi
Melakukan komunikasi yang efektif
tidaklah mudah. Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak ada proses komunikasi yang
sebenar-benarnya efektif, karena selalu terdapat hambatan. Hambatan komunikasi
pada umumnya mempunyai dua sifat berikut ini :
a) Hambatan yang bersifat
objektif, yaitu hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat
oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan.
Misalnya karena cuaca, kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu yang
tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau
tidak “in tune” dari frame of reference dan field of reference antara
komunikator dengan komunikan.
b) Hambatan yang bersifat
subjektif, yaitu hambatan yang sengaja di buat orang lain sebagai upaya
penentangan, misalnya pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri hati,
apatisme, dan mencemoohkan komunikasi.
Sedangkan kalau diklasifikasikan
hambatan komunikasi meliputi :
1. Gangguan (Noises), terdiri dari :
Gangguan mekanik
(mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan semantik (semantic
noise), yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi
rusak. Lebih banyak kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu istilah atau
konsep terdapat perbedaan antara komunikator dengan komunikan.
Gangguan personal (personnel
noise), yaitu bersangkutan dengan kondisi fisik komunikan atau komunikator yang
sedang kelelalahan, rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga kondisi psikologis,
misalnya tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.
2. Kepentingan (Interest) Interest
akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan.
Orang akan memperhatikan perangsang yang ada kaitannya dengan kepentingannya.
Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita tetapi juga menentukan daya
tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang akan merupakan sikap reaktif
terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan
suatu kepentingan.
3. Motivasi Motif atau daya
dorong dalam diri seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Pada umumnya motif
seseorang berbeda-beda jenis maupun intensitas dengan yang lainnya, termasuk
intensitas tanggapan seseorang terhadap suatu komunikasi. Semakin komunikasi
sesuai motivasinya semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima
dengan baik oleh pihak komunikan.
4. Prasangka (Prejudice) Sikap
seseorang terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua alternatif like and
dislike, atau pun simpati dan tidak simpati. Dalam sikap negatif (dislike juga
tidak simpati) termasuk prasangka yang akan melahirkan curiga dan menentang
komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan
atas dasar stereotif (tanpa menggunakan pikiran rasional). Emosi sering membutakan
pikiran dan pandangan terhadap fakta yang nyata, tidak akan berpikir secara
objektif dan segala yang dilihat selalu akan dinilai negatif.
5. Evasi Komunikasi Evasion of
communication adalah gejala mencemoohkan dan mengelakkan suatu komunikasi untuk
kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi. Menurut E. Cooper
dan M. Johada yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku “Ilmu, Teori
Dan Filsafat Komunikasi” menyatakan beberapa jenis evasi :
- Menyesatkan pengertian (understanding derailed),
contoh : Apabila seorang mahasiswa menyerukan pada teman-temannya untuk
meningkatkan prestasi belajar dengan jalan rajin masuk kuliah, rajin membaca,
dan menghormati dosen. Maka komunikasinya oleh mahasiswa lain mungkin akan
diangggap sebagai usaha mencari muka.
- Mencacadkan pesan komunikasi (message made
invalid), contoh : Apabila seorang siswa A tidak disenangi oleh siswa B, C, D,
dan E. Ketika B melihat A sedang dinasehati guru BP, maka B mengatakan pada C
bahwa A sedang dimarahi Guru BP. C mungkin mengatakan pada D bahwa A
sedang dimaki-maki Guru BP. Dan D mengatakan pada E bahwa A diskor oleh Guru
BP.
- Mengubah kerangka referensi (changing frame
of reference), menunjukkan seseorang yang menggapi komunikasi dengan diukur
oleh kerangka referensi sendiri, menurut seleranya sendiri tanpa
memperhatikan kerangka referensi orang yang akan diberikan pesan tersebut.
4. Komunikasi Interpersonal
a. Componential
Menjelaskan komunikasi antar
pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikanumpan balik segera.
b. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua
orang dengan potensi umpan balik langsung.
5. Model Pengolahan Informasi Komunikasi
Model-model Pengolahan Informasi
pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan
internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara
menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan
jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Model
Pengolahan informasi berorientasi pada :
- Proses Kognitif
- Pemahaman Dunia
- Pemecahan Masalah
- Berpikir Induktif
6. Model Interaktif Manajemen dalam
Komunikasi
Prinsif Model Interaktif
manajemen:
Keseluruhan proses manajemen
dibangun berdasarkan hubungan ikatan kepercayaan yang membutuhkan keterbukaan
dan kejujuran baik dari pihak manajer maupun pekerja. Bawahan menurut
/melakukan pekerjaannya, bukan karena mereka dibuat seperti itu, tetapi karena
mereka merasa mengerti oleh manajer dan memahami masalahnya. Pekerja bekerja
keras untuk membuat keputusan yang benar. Mereka merasa tidak suka
dimanipulasi, dikontrol, atau dibujuk untuk membuat keputusan bahkan jika keputusan
itu yang akhirnya mereka buat. Jangan memecahkan masalah bawahan. Mereka akan
merasa tidak menyukai solusi tersebut, dan jika anda sebagai manajer
memperkenalkan solusinya, mereka akan tidak menyukai anda. Tunjukan masalahnya;
jangan pecahkan. Biarkan bawahan memecahkan masalah-masalah mereka dengan
bantuan anda.
Sumber: